IMUNISASI PADA ANAK
PENDAHULUAN
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling efektif biaya. Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama, budaya, pembiasaan dispiplin yang konsisten, serta upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.(1,2)
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit infeksi serius yang paling efektif biaya. Selama dalam proses tumbuh kembang, anak memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama, budaya, pembiasaan dispiplin yang konsisten, serta upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi. Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.(1,2)
DEFENISI
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan imunitas (kekebalan). (2,3,4) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan imunisasi yaitu tanyakan pada orang tua tentang:
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan imunitas (kekebalan). (2,3,4) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan imunisasi yaitu tanyakan pada orang tua tentang:
·
status
kesehatan saat ini
·
pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat
·
penyakit
sekarang dan masa lalu. (2)
jelaskan
pada orang tua tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
terlebih dahulu catatan imunisasi yang lalu pemberian imunisasi harus didasari
oleh adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya
pencegahan penyakit kontraindikasi pemberian imunisasi :
·
Flu
berat atau panas tinggi
·
Perubahan
pada system imun yang tidak dapat menerima vaksin virus hidup
·
Sedang
dalam pemberian obat-obatan yang menekan system imun (sitostatika, tranfusi
darah, dan immunoglobulin)
·
Riwayat
alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis. (2)
Keadaan-keadaan
di mana imunisasi tidak dianjurkan :
·
BCG,
tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan
panas tinggi.
·
DPT,
tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
·
Polio,
tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
·
Campak,
tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi. (2)
JENIS IMUNITAS
1.
Imunitas
Aktif
Imunitas aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus yang
menghasilkan antibody dan kekebalan seluler, biasanya bertahan lebih lama
disbanding kekebalan pasif(2)
Ada 2 jenis kekebalan aktif, yaitu:
a. Kekebalan aktif didapat
Yaitu kekebalan yang didapat secara alami (naturally acquired).
Misalnya anak yang terkena difteri tau poliomyelitis dengan proses anak terkena
infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap
penyakit tersebut. (2,3)
b. Kekebalan aktif dibuat
Yaitu kekebalan yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi
dasar dan ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (kuman yang masih hidup
namun dilemahkan). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan system kekebalan
tubuh untuk menghasilkan respon imun. Hasil yang diproduksi akan sama dengan
kekebalan seseorang yang mendapat penyakit btersebut secara alamiah. (2,3)
2.
Imunitas
Pasif
Imunitas pasif adalah pemberian antibody yang berasal dari hewan
atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi pelindungan terhadap
penyakit infeksi yang bersifat sementara karena kadar antibody akan berkurang
setelah beberapa minggu atau bulan. (2,3)
Kekebalan pasif menurut terbentuknya:
·
Kekebalan
pasif bawaan (passive congenital)
·
Pasif
didapat (Passive Acquired)
Kekebalan pasif menurut lokalisasi dalam tubuh:
a. Imunitas humoral
Terdapat dalam imunoglobulin (Ig)
b. Imunitas seluler
Imunitas seluelr terdiri atas fagositosis
oleh sel-sel retikuloendotelial. (2,3)
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
TBC
(TUBERCULOSIS)
Penularan
penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan
udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ
tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening,
tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian
imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12
bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini
"berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan
timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi
perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah
suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam. (2,3)
DIFTERI
Penyakit
Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas
dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat
selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan
napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal
jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat
melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah
dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak
bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian
imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,
pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan
timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya
cukup diberikan obat penurun panas(2,3)
PERTUSIS
Penyakit
Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah
penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis.
Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi
merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri
dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya
terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan
melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali
sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan. (2,3)
TETANUS
Penyakit
tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim
urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang
(dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung.
Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus
menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih
dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.
Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang
sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu
antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga
dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang
disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan
tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan
dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi
gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim
pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong,
terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke
dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus
tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun
dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi
tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari
ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan
seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat
didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan.
Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa
kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan
setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi
juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya(2,3)
POLIO
Gejala
yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada
salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis
vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin
(kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara
dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar
diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya
diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan
dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan
dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan
aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat
kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang(2,3)
imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang(2,3)
CAMPAK
Campak
adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus
yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung
dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan
bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita
demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke
muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini
adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada
sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen
( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan
yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling
efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian
Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi
terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia
anak sembilan bulan atau lebih(2,3)
HEPATITIS
Penyakit
hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko
secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga
medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa,
petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur. (2)
INFLUENZA
Influenza
adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus influenza,
yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada
saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari
sebelum gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit
dihentikan.Berlawanan dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa
yang tidak berbahaya. Gejala Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit
otot diseluruh badan, pilek, sakit tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada
Umumnya penderita infleunza tidak dapat bekerja/bersekolah selama beberapa
hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia, influenza terjadi sepanjang
tahun. Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang meninggal diseluruh
dunia. Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian akibat
hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat
tinggi.Berbeda dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan
komplikasi yang berat. Virus influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput
lendir saluran pernapasan sehingga penderita sangat mudah terserang kuman lain,
seperti pneumokokus, yang menyebabkan radang paru (Pneumonia) yang berbahaya.
Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai penyakit kronis lain sebelumnya
(Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll), penyakit-penyakit itu dapat
menjadi lebih berat akibat influenza. (2)
DEMAM
TIFOID
Penyakit
Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang
masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik),
Bakteri ini akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian
masuk kedalam darah sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan
selanjutnya terjadilah peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati,
paru-paru, selaput otak dan sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat
berlangsung terus menerus. Minggu Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat
setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore/malam
hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan demam. Minggu ketiga, suhu
tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir minggu. gangguan pada
saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut
kembung, hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba. Biasanya
sulit buang air besar, tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi
diare. gangguan kesadaran, Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak
seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai somnolen. Bakteri ini disebarkan
melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi demam tofoid, yang
kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-kakinya dari
kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran ataupun
buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian dapat menyebabkan
manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya adalah
dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari
penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian
vaksinasi ini hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang
mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang
kemudian(2,3)
KEADAAN-KEADAAN YANG TIMBUL SETELAH IMUNISASI
Keadaan-keadaan
yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti
yang diuraikan di bawah ini:
1.
BCG, dua
minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat
suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2.
DPT,
umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi
akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit,
walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3.
Campak,
panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 - 10 hari setelah penyuntikan.
(2)
PERAWATAN YANG DIBERIKAN SETELAH IMUNISASI
1.
BCG,
luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan
ke puskesmas;
2.
DPT,
bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan
kempres dingin.
3.
Campak,
bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu. (2)
Vaksin
|
Umur pemberian Imunisasi
|
||||||||||||||||
Bulan
|
Tahun
|
||||||||||||||||
Lhr
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
9
|
12
|
15
|
18
|
2
|
3
|
5
|
6
|
10
|
12
|
|
Program Pengembangan Imunisasi (PPI,
diwajibkan)
|
|||||||||||||||||
BCG
|
|||||||||||||||||
Hepatitis B
|
1
|
2
|
3
|
||||||||||||||
Polio
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||||||||||
DTP
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6 dT
atau TT
|
|||||||||||
Campak
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non
PPI, dianjurkan)
|
|||||||||||||||||
Hib
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||||||||||
MMR
|
1
|
2
|
|||||||||||||||
Tifoid
|
Ulangan, tiap 3 tahun
|
||||||||||||||||
Hepatitis A
|
Diberikan 2x, interval
6 - 12bl |
||||||||||||||||
Varisela
|
|||||||||||||||||
Nb : Rekomendasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) periode 2004 (Revisi September 2003) (5,6,7)
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman RE., et.el. Ilmu
Kesehatan Anak NELSON Edisi 12 Bagian 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2000.
2. Imunisasi pada anak.
Available moslem.blogspot.com
3. Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak 2. Jakarta. 1985.
4. Kuliah Imunisasi Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar. 2003.
5. JAdwal Imunisasi di
Indonesia. Available Wikipedia_indonesia.
6. Imunisasi Anak. Available
at small living
7. Jadwal imunisasi
rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004. Available at
idai.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar