PENDAHULUAN
Malnutrisi
dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena
kelebihan gizi (overnutrisi). Keduanya disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.
Perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan: (1,2)
Kebutuhan
tubuh akan zat gizi bertambah pada beberapa tahapan kehidupan tertentu,
yaitu:
·
pada
masa bayi, awal masa kanak-kanak, remaja
·
selama
kehamilan
·
selama
menyusui. (1,2)
Kwashiorkor adalah suatu sindrom yang diakibatkan defisiensi
protein yang berat. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Cecily Williams
bagi kondisi tersebut yang diderita oleh bayi dan anak balita. Nama ini
berasal dari daerah di Pantai Emas, Afrika yang berarti anak terlantar.
(3)
Defisiensi ini sangat parah, meskipun konsumsi energi atau
kalori tubuh mencukupi kebutuhan. Biasanya, kwashiorkor ini lebih banyak
menyerang bayi dan balita pada usia enam bulan sampai tiga tahun. Usia paling
rawan terkena defisiensi ini adalah dua tahun. (3)
Pada usia itu berlangsung masa peralihan dari ASI ke pengganti
ASI atau makanan sapihan. Pada umumnya, kandungan karbohidrat makanan
tersebut tinggi, tapi mutu dan kandungan proteinnya sangat rendah. (3)
Ciri-ciri anak menderita kwashiorkor adalah hambatan
pertumbuhan, perubahan pada pigmen rambut dan kulit, edema, dan perubahan
patologi pada hati. Hal ini terutama terlihat pada infiltrasi lemak,
nekrosis, dan fibrosis. Temuan lain adalah apati, cengeng, atrofi pankreas,
gangguan saluran cerna, anemia, kadar albumin serum yang rendah, dan
dermatosis.
Kulit penderita terlihat menjadi gelap. Pada ekstremitas dan
punggung, timbul bercak-bercak menebal yang dapat mengelupas. Kulit di
bawahnya berwarna merah muda yang hampir seperti pelagra. (3)
Soal terjadinya edema, biasanya diawali akibat turunnya kadar
albumin serum. Ini mengakibatkan turunnya tekanan osmotik daerah. Cairan
daerah akan menerobos pembuluh darah dan masuk ke dalam cairan tubuh.
Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya kehilangan nafsu
makan, rewel, diare, dan sikap apatis. Biasanya pula, mereka menderita
infeksi lambung dan perubahan psikomotor. Wajahnya bengkak. Pada orang
dewasa, keadaan ini bisa terjadi, dan yang terparah adalah busung lapar. (3)
Kwashiorkor dianggap ada hubungannya dengan marasmus
marasmick. Ini adalah satu kondisi terjadinya defisiensi, baik kalori,
maupun protein. Cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang hebat,
hilangnya lemak subkutan, dan juga ditambah dehidrasi (3)
PENILAIAN STATUS GIZI
Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan
dan masalah kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium tertentu. Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat
gizi dan bahan-bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya
hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin). (1,2)
Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan makanan apa
yang dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa yang
biasanya dimakan. Dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan selama 3
hari.
Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan dan tingkah lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya. (1,2)
Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan. Misalnya, perdarahan lambung dapat menyebabkan anemia karena kekurangan
zat besi. Seseorang yang telah diobati dengan vitamin A dosis tinggi karena
berjerawat, bisa mengalami sakit kepala dan penglihatan ganda sebagai akibat
keracunan vitamin A.
Berbagai sistem tubuh bisa dipengaruhi oleh kelainan gizi:
·
beri-beri
·
kegemukan
(obesitas)
·
makanan
tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi dan penyakit jantung
koroner
·
makanan
kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
Status
gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:
Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan
keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran
pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi.
Pada malnutrisi yang berat, dilakukan pemeriksaan hitung jenis
sel darah lengkap serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk mengukur kadar
vitamin, mineral dan limbah metabolit seperti urea. Pemeriksaan kulit juga
bisa dilakukan untuk menilai jenis-jenis tertentu dari kekebalan. (1,2)
ETIOLOGI
FAKTOR RESIKO
Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami
kekurangan gizi karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi
untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka bisa mengalami kekurangan zat
besi, asam folat, vitamin C dan tembaga karena makanan yang tidak memadai.
Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan terjadinya kekurangan kalori protein (KKP), yang merupakan suatu bentuk dari malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan. (1,2)
Kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit
hemoragik pada bayi baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin K, dan
bisa berakibat fatal. Sejalan dengan pertumbuhannya, kebutuhan makanan
anak-anak akan bertambah, karena laju pertumbuhan mereka juga bertambah.
Pada wanita hamil atau wanita menyusui, kebutuhan zat gizi
meningkat untuk mencegah malnutrisi pada bayi dan dirinya sendiri.
Asam folat diberikan selama kehamilan untuk menurunkan resiko gangguan perkembangan otak atau tulang belakang (spina bifida) pada bayi. Meskipun pada wanita-wanita pemakai pil KB lebih mungkin untuk menderita kekurangan asam folat, tidak ada bukti bahwa bayinya akan menderita defisiensi asam folat. (1,2)
Bayi yang berasal dari ibu peminum alkohol akan mengalami
gangguan keseimbangan fisik dan mental (sindroma alkohol pada janin),
karena penyalahgunaan alkohol dan malnutrisi yang disebabkannya, bisa mempengaruhi
pertumbuhan janin.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, bisa mengalami kekurangan
vitamin B12, jika ibunya adalah seorang vegetarian. Banyak makanan yang
dinyatakan dapat meningkatkan kesehatan atau menurunkan berat badan. Tetapi
pembatasan makanan yang sangat ketat, berdasarkan ilmu gizi adalah tidak
sehat, karena dapat menyebabkan: (1,2)
·
Kekurangan
vitamin, mineral dan protein
·
Gangguan
jantung, ginjal dan metabolisme
·
Kematian
.
Asupan kalori yang sangat rendah (kurang dari 400 kalori/hari)
tidak dapat mempertahankan kesehatan dalam waktu yang lama.
KLASIFIKASI MALNUTRISI
Diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat
tingkatan yang bervariasi dari nutrisi yang tidak memadai, seperti Kurang
Kalori Protein (KKP), yang merupakan penyebab kematian pada anak-anak di
negara-negara berkembang.
Pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi. Kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang mengakibatkan kekurangn protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral). Terdapat tiga jenis KKP, yaitu:
KKP
basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa Afrika berarti 'anak
pertama-anak kedua'. Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak
pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak
pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut
mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan
dengan ASI, sehingga tidak tumbuh dan berkembang. Kekurangan protein pada
kwashiorkor biasanya lebih jelas dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang
mengakibatkan:
·
tertahannya
cairan (edema)
·
penyakit
kulit
·
perubahan
warna rambut. (1,2)
Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani
penyapihan, sehingga usianya lebih besar daripada anak yang menderita
marasmus. Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam
bentuk marasmik-kwashiorkor.
Kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan Afrika, Karibia, kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara. (1,2)
Pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein
baru. Akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan
cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema.
Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar (pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati). (1,2)
Kekurangan protein akan menganggu:
·
pertumbuhan
badan
·
hormon
kekebalan
·
kemampuan
untuk memperbaiki kerusakan jaringan
·
produksi
enzim dan hormone. (1,2)
Pada marasmus dan
kwashiorkor sering terjadi diare. Perkembangan tingkah laku pada anak
yang menderita malnutrisi berat sangat lambat dan bisa terjadi
keterbelakangan mental. Biasanya anak yang menderita marasmus tampak lebih
sakit daripada anak yang lebih tua yang menderita kwashiorkor.
MANIFESTASI KLINIK
1.
Gejala
yang terpenting adalah pertumbuhan yang terganggu
2.
Perubahan
mental
3.
Ditemukan
edema baik ringan maupun berat
4.
Gejala
gastrointestinal seperti anoreksia
5.
Perubahan
ramut, seperti mudah dicabut
6.
Kulit
penderita biasanya kering
7.
Pembesaan
hati bisa ditemukan
8.
Anemia
ringan pada sebagian penderita
9.
Kadar
albumin seru rendah
10.
Letargia
dan apati (4,5,6)
PROGNOSIS Lebih dari 40% anak-anak yang menderita KKP meninggal. Kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh:
·
gangguan
elektrolit
·
infeksi
·
hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah)
·
kegagalan
jantung. (1,2)
Keadaan setengah
sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit,
rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap merupakan
pertanda buruk. Pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema
dan bertambahnya nafsu makan. Penyembuhan pada kwashiorkor berlangsung lebih
cepat. Efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak
diketahui.
Jika anak-anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. Tetapi pada beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami gangguan. (1,2)
Beratnya gangguan
mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita malnutrisi,
beratnya malnutrisi dan usia anak pada saat menderita malnutrisi.
Keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai
usia sekolah dan mungkin lebih. (1,2)
|
DAFTAR PUSTAKA
4.
Staf
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku
Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan anak Fakultas Kedokteran
universitas Indonesia. Jakarta. 1985
Tidak ada komentar:
Posting Komentar