Translate

Jumat, 18 Mei 2012

Referat Defisiensi Vitamin A

DEFISIENSI VITAMIN A

PENDAHULUAN
Di Indonesia, kekurangan vitamin A merupakan salah satu di antara 4 masalah gizi utama. Hal inilah yang menyebabkan Departemen Kesehatan mencanangkan bulan vitamin A. Kekurangan vitamin A sebenarnya berdampak pada seluruh tubuh anak, namun yang jelas terlihat adalah pada kulit dan mata. Kulit akan tampak kering dan tampak penebalan di sekitar akar rambut. Kelainan ini jarang ditemukan pada anak di bawah umur lima tahun dan dapat pula disebabkan oleh kekurangan zat gizi lainnya. (1)
Kelainan pada mata yang cukup dikenal luas adalah buta senja. Pada anak yang sudah besar, hal ini dapat diketahui dari keluhannya atau gejala seperti sering terjatuh atau salah menangkap benda yang diberikan di waktu senja. Selain itu, dapat terjadi perubahan pada bola mata anak. Timbul bercak putih berbuih di selaput lendir mata yang disebut bercak Bitot. Dapat pula terjadi kekeringan kornea mata sehingga mulai terjadi gangguan penglihatan. Pada anak, keadaan ini biasanya memburuk dengan cepat. Kekurangan vitamin A biasanya terjadi bersama dengan infeksi dan kekurangan energi protein, atau yang lebih dikenal dengan istilah gizi buruk. (1)
Vitamin A merupakan zat gizi yang diperlukan manusia agar proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal. Vitamin A penting untuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologis dan pertumbuhan badan, dan mencegah pertumbuhan sel-sel kanker. (2)
Sekitar 40-60 persen konsumsi vitamin A berasal dari makanan sehari-hari. Sisanya harus dipenuhi dari luar. Depkes bekerja sama dengan Helen Keller Indonesia (HKI) menanggulangi KVA bagi balita 6-59 bulan. Ini dilakukan dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi, balita, dan ibu nifas. Vitamin A diberikan dua kali setahun dengan dosis 100.000 IU (bayi 6 bulan) dan 200.000 IU (anak 12-59 bulan dan ibu nifas). (2)

Epidemiologi
Di Indonesia sekitar 10 juta balita, dari jumlah populasi target sebesar 20 juta balita, berisiko KVA. Prevalensi KVA, menurut survei vitamin A tahun 1992, antara lain pada xerophtalmia sebesar 0,33 persen. Namun, secara subklinis, prevalensi KVA terutama pada kadar serum retinol dalam darah (kurang dari 20 mikrogram/DL) pada balita sebesar 50 persen .(2)

Etiologi .(3)
Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A. Penyakit tersebut adalah:
  • Fibrosa kistik
  • Penyumbatan saluran empedu.
Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang sama.

SUMBER VITAMIN A
                                                     Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang agak stabil terhadap suhu tinggi dan tidak hilang dengan proses perebusan. Oleh karena itu, cara memasak biasa tidak mempengaruhi keadaan vitamin A dalam suatu bahan makanan. Vitamin A sebenarnya hanya terdapat pada sumber makanan hewani. Tumbuh-tumbuhan seperti wortel, sebenarnya mengandung pigmen karotin yang di usus diubah menjadi vitamin A. Itulah sebabnya karotin disebut pro vitamin A. Proses perubahan itu melibatkan hormon tiroksin. Bahan makanan yang mengandung banyak vitamin A antara lain hati, lemak hewan, telur, susu, mentega, dan keju. Sedangkan yang mengandung banyak pro vitamin A antara lain sayuran berdaun, wortel, pepaya, ubi merah, dan minyak kelapa sawit. .(1)

MANIFESTASI KLINIS .(4 5,8,9)
Dibagi menjadi gejala pada mata dan gejala di luar mata.
Gejala pada mata  disebut sebagai xeroftalmia dan menurut WHO (1982) dibuat kriteria kelainan sebagai berikut
a.       Buta senja (night blindness,XN), yang diketahui bila anak sering jatuh atau salah menangkap benda yang diberikan saat senja. Gangguan mata ringan ini, menurut Nani, terutama sekali terjadi pada anak dengan status gizi kurang. Adanya rabun ayam/rabun senja dapat dilihat pada anak-anak usia 2-3 tahun atau usia dia dapat berjalan. Gejalanya bisa diketahui dan akan tampak menjelang sore hari, dimana anak sering nabrak-nabrak, benda di hadapannya kalau berjalan, atau tidak fokus dalam mengambil sesuatu. Pendek kata, matanya tak bisa beradaptasi dalam gelap atau tempat yang kurang terang, terutama menjelang senja.
b.      Kekeringan pada konjungtiva (conjungtival xerosis,XIA) merupakan proses perubahan bulbus, yaitu kering, tebal, keriput dan terjadi penimbunan pigmen.
Konjungtiva atau selaput lendir mata atau bagian putih mata merupakan pelindung bola mata. Seharusnya, pada mata yang sehat, selaput lendir ini tampak bening, tidak merah, tidak berlendir dan transparan.
Jika mengalami gangguan, warna mata anak akan berubah menjadi keabu-abuan, mata tampak kering, kusam dan tak lagi berkilau. Juga mulai timbul kekeringan pada bagian luar mata. Kelainan ini dapat diketahui dengan pemeriksaan sederhana, menggunakan senter dan kaca pembesar. Di tempat prakter dokter mata, pasien akan diperiksa degan alat yang disebut biomikroskop.
Pada stadium awal, gejalanya ada yang disertai bercak (Bitot spot) dan tidak. Bercak yang tampak terutama di celah mata sisi luar atau di pinggir kornea (daerah limbus), yaitu suatu bintik seperti busa sabun, yang terdiri atas sel-sel keratin (sel tanduk).
Stadium ini bisa diobati dengan pemberian kapsul vitamin A. Mata akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan akan menghilang dalam waktu dua minggu. Selain itu, untuk membantunya akan diberikan pula tetesan air mata buatan agar matanya tidak kering.
c.       Bercak bitot (Bitot spot,XIB), berupa bercak berwarna putih berbuihdan terdiri dari penimbunan sel epitel.
d.      Kekeringan pada kornea (corneal ulceration/keratomalacia) < 1/3 permukaan (X3A), akibat keringnya epitel sehingga kejernihan korne berkurang.
e.       Ulkus pada kornea (corneal ulceration/keratomalacia ≥ 1/3 permukaan (X3B)
f.       Jaringan parut pada kornea (corneal scar,XS)
g.      Xeroftalmia fundus (XF).
            Gejala di luar mata adalah nafsu makan berkurang dan gangguan pertumbuhan. Sering disertai dengan mudahnya terserang penyakit infeksi, berkurangnya nafsu makan, dan pertumbuhan yang mengalami hambatan. Beberapa penelitian pada binatang percobaan memperlihatkan defisiensi vitamin A dapat mempengaruhi fungsi keseimbangan, menimbulkan perubahan pada tekanan serebrospinal, menimbulkan kelainan metabolisme zat besi sehingga menyebabkan anemia dan mudahnya terserang penyakit.
            Kelainan pada kulit biasanya terdapat pada paha sisi anterior dan lengan atas sisi posterior berupa kulit yang kering dengan papula keatin sekitar folikel rambut dan terdapat gumpalan keratin dalam folikel.

PEMERIKSAAN PENUNJANG .(4)
Pemeriksaan kadar vitamin A dalam darah

DIAGNOSIS
  1. Anamnesa terpimpin Kurang buah dan sayur hijau, kuning, jingga dan kurang makan hati
  2. Pemeriksaan fisik atau gejala klinik ;Gejala fungsional : adaptasi gelap, fotofobia, hemeralopi.
  3. Laboratorium
    1. Kadar vitamin A plasma à kurang konklusif
    2. Pemeriksaan PA garukan epitel konjungtiva (diagnosis dini) tampak eratinisasi epitel konjungtiva
  4. Pemeriksaan fundus okuli
Xeroftalmia fundus = bercak-bercak putih fundus
  1. Uji adaptasi gelap, Tes adaptasi gelap dapat membantu dalam diagnosis defisiensi vitamin A. Xerosis konjungtiva dapat dideteksi dengan pemeriksaan biomikroskopik pada konjungtiva.  Konsentrasi karoten plasma turun dengan cepat tapi penurunan vitamin A lebih lambat. (5,6)
PENGOBATAN .(3)
Umumnya kebutuhan sehari-hari vitamin A dapat dipenuhi dengan pemberian diet yang mengandung telur, susu, mentega, hati, sayuran berupa daun atau yang berwarna kuning (wortel dan sebagainya), buah-buahan yang berwarna kuning (tomat, pepaya, dan sebagainya).
Pemberian vitamin A dengan tujuan mengobati defisiensi vitamin A dan menambah persediaan vitamin A dalam hepar. Preparat yang dianjurkan adalah :
a.       Oral : oil based solution retinol palmitat atau asetat sebagai kapsul sengan/tanpa tambahan vitamin E.
b.      Intramuskular : water miscible retinol palmitat
Pengobatan xeroftalmia :
a.       setelah dibuat diagnosa
110 mg retinol palmitat atau 66 mg retinol asetat (200.000 SI) per oral atau 55 mg retinol palmitat ( 100.000 SI) intravena
b.      Hari berikutnya
110 mg retinol palmitat atau 66mg retinol asetat (200.000 SI) per oral
c.       Sebelum dipulangkan/klinis memburuk/2-4 minggu kemudian
110 mg retinol palmitat atau 66mg retinol asetat (200.000 SI) per oral

PROGNOSIS
Kekurangan vitamin A diobati dengan pemberian vitamin A tambahan sebanyak 20 kali dosis harian yang dianjurkan selama 3 hari. lalu diikuti dengan pemberian sebanyak 3 kali dosis harian yang dianjurkan selama 1 bulan. setelah itu diharapkan semua gejala sudah hilang .(3)

PENCEGAHAN
Pencegahan defisiensi vitamin A sudah bisa dilakukan pada bayi saat usianya 6 bulan. Di usia ini, anak sudah perlu asupan gizi di samping ASI seperti makanan yang berasal dari hewan (susu, daging ayam, hati, telur) atau dari sayuran hijau daerta buah berwarna merah dan kuning (mangga, pepaya)." Kapsul vitamin A warna biru diberikan kepada anak usia 6-11 bulan, sedangkan anak balita diberi kapsul vitamin A berwarna merah. Vitamin A dosis tinggi, baik yang biru maupun merah, tidak diperjual belikan dan diberikan secara gratis diposyandu. Jadi, selain untuk meningkatkan kesehatan mata, intervensi ini pun dimaksudkan untuk menurunkan tingkat kematian anak. Oleh karena itu, orang tua harus paham tentang gizi dan memperhatikan kebutuhan gizi anak karena anak belum dapat memilih makanan yang baik untuk dirinya .(7,8)

DAFTAR PUSTAKA
1.      Pusponegoro Hardiono D. Seluk beluk vitamin A. [cited on Januari 16, 2008];  , Available at : http://www.anakku.net
2.      Cegah kekurangan vitamin A. [cited on Januari 16, 2008];  Available at : http://www.republika.co.id
3.      Kekurangan & Kelebihan Vitamin A. [cited on Januari 16, 2008]; Available at : http;/www.medicastore.com
4.      Mansjoer, Arif, dkk. Kurang Vitamin A. Kapita Selekta. Media Aesculapius FAkultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2000; hal.520-22
5.      Bahan Kuliah Nutrisi Fakultas Kedokteran UMI Makassar 2005
6.      Behrman, R., Pediatrics. 17th edition. Saunders.2003. p.177-90
7.      Vitamin A untuk meningkatkan daya tahan tubuh Dan Kesehatan Mata. [cited on Januari 16, 2008];  Available from : http://www.infeksi.com
8.      Vitamin A Dan Kesehatan Mata. [cited on Januari 16, 2008];  Available at : http://www.mail-archive.com
9.      Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. hal.906-11

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar