Dismenorrea-
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Perempuan
- Ovarium tersusun atas korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam.
Korteks mengandung folikel ovarian—unit fungsional ovarium, sedangkan
medulla mengandung pembuluh darah dan limfatik, serabut syaraf, sel-sel
otot polos, dan sel-sel jaringan ikat.
- Tuba Uterina menerima dan mentranspor oosit ke uterus setelah ovulasi.
Tuba Uterina terbagi atas bagian infundibulum, ampula, isthmus. Fertilisasi biasanya terjadi di 1/3 bagian atas tuba uterina.
- Uterus
organ tunggal muskular dan berongga. Bagian luar terdiri dari serosa
(perimetrium), bagian tengah miometrium (lapisan otot polos), dan bagian
terdalam endometrium.
Endometrium terdiri atas dua lapis yaitu lapisan superfisial (stratum fungsional) dan lapisan basal (stratum basalis).
- Vagina merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstrual.
- Genitalia eksterna: vagina (pudendum).
B. Siklus Haid
- Haid ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan/ deskuamasi endometrium.
- Teori Neurohormonal
C. Definisi
Dismenorrea
merupakan nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita
untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya
sehari-hari, untuk beberapa jam bahkan berhari-hari.
D. Klasifikasi
- Dismenorrea primer
nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang
nyata. Sifat nyeri yang timbul adalah kejang yang berjangkit-jangkit,
biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri itu dapat timbul mual dan
muntah.
- Dismenorrea sekunder disebabkan oleh kelainan ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis serviks uterina, dll).
E. Etiologi, Patogenesis belum jelas. Namun beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenorrea primer, antara lain:
1 Faktor Hormon
Hormon estrogenàmerangsang kontraktilitas uterus ++ à dismenorrea (Novak & Reynolds)
Namun,
teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri
pada perdarahan disfungsional anovulatoar yang biasanya bersamaan
dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron
Endometrium pada fase sekresi memproduksi prostaglandin F2à dilepaskan dalam jumlah yang banyak di dalam darahà terjadi kontraksi otot-otot polosà dismenorrea +diarea, mual, muntah. (Clitheroe dan Pickles).
Korpus luteum menghasilkan progesteron >> à endometrium menjadi desidua yang tebal sukar dihancurkan kontraksi uterus yang meningkat sebagai usaha untuk melepaskan lapisan endometriumà dismenorrea.
2 Faktor kejiwaan
Pada perempuan dengan emosi yang tak stabil.
3 Faktor obstruksi kanalis servikalis
Pada
perempuan dgn uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi obstruksi
kanalis servikalis yang dapat menyebabkan dismenorrea, akan tetapi
sekarang tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab
dismenorrea. Banyak wanita menderita dismenorrea tanpa stenosis
servikalis dan tanpa uterus dalam keadaan hiperantefleksi serta terdapat
banyak wanita tanpa keluhan dismenorrea walaupun ada stenosis
servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau
hiperretrofleksi.
Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat menyebabkan dismenorrea karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha mengeluarkan kelainan tsb.
4 Faktor alergi.
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorrea dengan urtikaria, migraine, atau asma bronkhiale.
F. Manifestasi Klinis
Adapun
Gejala Dismenorrea (nyeri menstruasi) yakni dapat menyebabkan nyeri
pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan
tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai
nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Gejala utama adalah nyeri dismenore terkonsentrasi di perut bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Hal ini juga sering dirasakan di perut kanan atau kiri. Hal itu dapat memancarkan ke paha dan punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan.
Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih. Gejala utama adalah nyeri dismenore terkonsentrasi di perut bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapubik perut. Hal ini juga sering dirasakan di perut kanan atau kiri. Hal itu dapat memancarkan ke paha dan punggung bawah. Gejala lain mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit kepala, pusing, disorientasi, hipersensitivitas terhadap suara, cahaya, bau dan sentuhan, pingsan, dan kelelahan.
Tanda dan gejala pada dismenore sekunder
dan nyeri pelvis dapat beragam dan banyak. Umumnya gejala tersebut
sesuai dengan penyebabnya. Keluhan yang biasa muncul adalah gejala pada
gastrointestinal, kesulitan berkemih, dan masalah pada punggung. Keluhan
menstruasi berat yang disertai nyeri menandakan adanya perubahan
kondisi uterus seperti adenomyosis, myomas, atau polip. Keluhan nyeri
pelvis yang berat atau perubahan kontur abdomen meningkatkan neoplasi
intra-abdominal. Demam, menggigil, dan malaise menandakan adanya proses
inflamasi. Keluhan yang menyertai infertilitas menandakan kemungkinan
terjadinya endometriosis.
G. Penegakan Diagnosis
- Anamnesis:
a. Keluhan utama? (nyeri saat haid)
b. Sejak kapan? Kualitas nyeri? (terbakar, seperti tertusuk jarum)?
c. Apakah nyeri menjalar? Kemana?
d. Keluhan tambahan? (demam, mual, muntah, sakit kepala)
e. Riwayat penyakit lain? (ex: asma bronkhiale, dll).
f. Siklus haid teratur atau tidak?
g. Riwayat pengobatan?
h. Riwayat pemakaian kontrasepsi?
i. Riwayat penyakit dalam keluarga?
j. Dll.
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
fisik umumnya akan memberikan petunjuk untuk penegakan diagnosis atau
diagnosis itu sendiri pada pasien yang memiliki keluhan dismenore atau
nyeri pelvis yang sifatnya kronis. Adanya pembesaran uterus yang
asimetris atau tidak teratur menandakan suatu myoma atau tumor lainnya.
Pembesaran uterus yang simetris kadang muncul pada kasus adenomyosis dan
kadang terjadi pada kasus polyps intrauterin. Adanya nodul yang
menyebabkan rasa nyeri pada bagian posterior dan keterbatasan gerakan
uterus menandakan endometriosis. Gerakan uterus yang terbatas juga
ditemukan pada kasus luka pelvis akibat adhesion atau inflamasi. Proses
inflamasi kadang menyebabkan penebalan struktur adnexal. Penebalan ini
terlihat jelas pada pemeriksaan fisik. Namun, pada beberapa kasus nyeri
pelvis, pemeriksaan laparoskopi pada organ pelvis tetap dibutuhkan untuk
melengkapi proses diagnosa (Smith, 2003).
- Pemeriksaan Laboratorium dan USG
Tes
laboratorium pada pasien dismenore sekunder atau nyeri pelvis kronis
sangat terbatas. Hitung jenis darah dapat membantu mengevaluasi akibat
adanya pendarahan yang terus menerus. Laju enap darah dapat membantu
mengidentifikasi adanya proses inflamasi, namun tidak spesifik. Tes
radiologi umumnya terbatas untuk etiologi yang tidak berhubungan dengan
gynecology, seperti pemeriksaan pada saluran pencernaan dan saluran
kemih. Tes ultrasonografi pada pelvis memberikan manfaat yang besar
karena memberikan gambaran adanya myoma, tumor adnexal atau tumor
lainnya, dan lokasi pemakaian IUD(Smith, 2003).
H. Penatalaksanaan
Penerangan dan nasihat,Perlu
dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorrea adalah gangguan yang
tiadak berbahaya untuk kesehatan.hendaknya diadakan penjelasan dan
diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan
penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu
atau tahayul mengenai haid perlu dibicarakan.nasihat-nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup , dan olahraga mungkin
berguna.kadang- kadang diperlukan psikoterapi.
Pemberian obat analgesik,
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat,diperlukan istirahat
di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat
kombinasi aspirin,fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di
pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan
sebagainya.
Terapi hormonal,
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar
dismenorrea primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontarasepsi.
Terapi denagn obat nonsteroid antiprostagladin,
Memegang peranan yang makin penting terhadap dismenorrea primer.
Termasuk di sini indometasin,ibuprofen, dan naproksen;dalam kurang lebih
70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai;1 sampai 3 hari
sebelum haid, dan pada hari pertama haid
Dilatasi kanalis servikalis, dapat
memberikan keringanan karena memudahkan pengeluaran darah haid dan
prostaglandin di dalamnya. Neuorektomi prasakral (pemotongan urat saraf
sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) di tambah dengan
neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di
ligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila
usaha-usaha lain gagal.
n.b. Untuk Dismenorrea sekunder, tergantung keadaan patologis ginekologi.
I. Komplikasi
- Jika
diagnosis dismenorea sekunder diabaikan atau terlupakan, maka patologi
yang mendasari (underlying pathology) dapat memicu kenaikan morbidity
(angka kematian), termasuk sterility (kemandulan).
- Isolasi sosial dan/atau depresi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar